6 Alasan Penting Nonton Teater Royal House Pentaskan ‘Calonarang’ di Bali

oleh -1413 Dilihat

DENPASAR, BNR NEWS — Teater Royal House pimpinan MH. Irawan Yogyakarta akan menggelar pementasan teater modern dengan mengangkat legenda Calonarang, kisah legendaris Pulau Dewata Bali. Pementasan teater akan diselenggarakan di Panggung Seni Ksirarnawa, Taman Werdhy Budaya, Jalan Nusa Indah, No. 1, Denpasar, Bali, Senin 12 Mei 2025 jam 19.30 – 21.30 WITA.

Menonton pertunjukan seni teater layaknya kembali kepada masa Yunani klasik. Pada masa itu, sekitar 500 tahun sebelum masehi, seni teater dimainkan di atas altar oleh pendeta-pendeta dan salah satu adegannya adalah upacara memberi korban pada dewa. Hadir dalam pertunjukan seni teater saat ini, seakan meletakkan pikiran dan jiwa kepada waktu lampau yang memiliki pemaknaan filsafat lebih mudah dicerna. Sudut peristiwa kehidupan yang tidak ditemui sehari-hari.

Begitu juga di Indonesia, pentingnya  usia remaja hingga lanjut usia, mencoba melihat ruang kehidupan lain dengan menonton pertunjukan teater. Kondisi kisah pemaknaan dalam teater sudah dikemas menjadi sesuatu syarat dengan pesan, menjadi motivasi ekstrinsik bahwa ada perilaku baik yang bisa segera diadopsi dalam kehidupan kekinian. Ada sisi perilaku buruk yang ternyata bisa berdampak makin buruk bagi lingkungan. Di Indonesia, seni teater berkembang sejak masa kolonial, ketika seni teater dari negara barat mulai diperkenalkan. Namun, sejatinya Indonesia sudah memiliki seni pertunjukan tradisional yang kaya makna, seperti wayang kulit, wayang golek, dan tari-tarian tradisional. Teater modern di Indonesia mulai berkembang pada tahun 1920-an, berlanjut hingga era modern, dengan munculnya berbagai aliran dan gaya baru

Tahun 2025 ini dari suguhan pertunjukan seni teater di Indonesia, yang cukup menonjol untuk disimak dan ditonton, yakni pementasan teater bertajuk Calonarang. Indikator  keberhasilan pementasan di berbagai kota, seperti Yogya, Solo dan Indramayu  tampak dari  animo masyarakat untuk menonton cukup tinggi. Naskah skenario ditulis oleh Oka Swastika Mahendra, dan sutradara Anastasia dari Yogyakarta.

Mengungkap di balik layar pementasan Calonarang, penulis skenario Oka Swastika Mahendra ungkapkan bahwa biasanya pementasan Calonarang adalah pertunjukan seni tradisional yang mengisahkan tentang tokoh jahat bernama Calonarang yang memiliki ilmu hitam dan menebar teror di kerajaan. Kisah Calonarang menjadi cerita rakyat yang terkenal dan legendaris. Sisi legendanya, menjadikan Oka Swastika tertarik untuk mewujudkan dalam bentuk skenario khusus pertunjukan teater.

Ada 6 alasan, kenapa pertunjukan teater bertajuk Calonarang wajib ditonton.

Pertama, penulis skenario dan sutradara adalah seorang guru, sehingga nilai pementasan teater bertajuk Calonarang syarat dengan edukasi, teladan dalam perilaku kehidupan dan kemasan pesan moral untuk penerus bangsa Indonesia.  

Kedua, penulis skenario Oka  Swastika Mahendara ungkapkan bahwa ada nilai kebaruan yang diselipkan dalam pertunjukan.  Sesuai interpretasi kebaruan untuk menyampaikan isu gender, isu bullying, isu keluarga inti, dan implisit isu lingkungan hidup dan politik. Dimensi alur ceritanya memperluas rasa asih asuh bagi penonton tentang tatanan sosial yang baik dan buruk.

Ketiga, menonton pementasan Calonarang secara langsung akan merasakan ekspresi, emosi, dan konflik yang diperankan oleh aktor di atas panggung. Dampaknya, penonton akan terbawa suasana untuk memahami berbagai sudut pandang dan perasaan manusia, ini wujud mengasah empati yang kuat, yang jarang didapat dari hiburan instan.

Keempat, banyak sekali nilai dalam pementasan yang akan menjadikan penonton memahami bahwa dimensi masa lalu akan berbeda dengan masa kini, misalnya berkenaan isu lingkungan. Dalam kisahnya Desa Dirah yang kekeringan akibat ulah tokoh utama Dyah Nateng (Calonarang), menjadikan masyarakat desa frustasi, dan dengan mudahnya menganggap ini sebagai ulah mantra Calonarang. Penonton akan memahami cermin sosial, budaya, dan politik yang emosional di masyarakat Indonesia dari masa ke masa.

Kelima, menyaksinkan pementasan Calonarang artinya berusaha melatih konsentrasi. Berbeda dengan tontonan di layar  smartphone dan Youtube yang bisa dijeda dengan pause atau melompat alur cerita. Menyaksikan pementasan Calonarang melatih kesabaran, dan kemampuan untuk mengapresiasi detil seperti dialog, pencahayaan, musik, dan gerak tubuh para aktor.

Keenam, pementasan teater bertajuk Calon Arang  merupakan wujud kolaborasi lintas budaya teater, tari, tembang, dan musik gamelan. Menurut Oka Swastika  ini mengusung format teater modern, namun tetap berakar kuat pada estetika pemanggungan Jawa yang penuh filosofi dan simbolik. 

Di era digital saat ini, hiburan dengan mudah diakses melalui layar ponsel dan televisi. Namun, ada satu bentuk seni yang tetap memiliki daya tarik khas dan tidak tergantikan oleh teknologi: pertunjukan teater. Menonton teater bukan hanya soal menikmati cerita, tapi juga mengalami seni yang hidup, mendalam, dan penuh makna secara langsung. (ipan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.