Mengenal Tanjak Melayu Yang di Kenakan Presiden Prabowo Subianto Saat Menjadi Inspektur Upacara Penurunan Bendera Merah Putih

oleh -50 Dilihat
Foto Hasil Tangkapan Layar Televisi

BnR News. Bertindak sebagai Inspektur Upacara, Presiden Prabowo Subianto tampak mengenakan Tanjak Melayu Riau dipadukan pakaian adat beskap warna biru dongker pada Upacara Penurunan Sang Saka Merah Putih di Istana Merdeka, Jakarta Pusat pada Minggu (17/8/2025) pukul 17.00 WIB.

Penampilan Presiden Prabowo terlihat simpel namun memberi kesan khidmat. Bahkan penampilan Presiden Prabowo terlihat sangat menonjol. Pemilihan menggunakan pakaian adat menunjukkan kepedulian serta penghormatan terhadap kekayaan budaya nusantara.

Tanjak Melayu Bukan Sekedar Penutup Kepala

Mengutip halaman website Dirjen Kebudayaan, kemendikbud. Dalam budaya Melayu untuk tutup kepala itu terbagi menjadi enam jenis yakni, getam, tanjak, tengkolok lelaki, tengkolok perempuan, dan songkok semutar. Jenis lipatan (ikatan) juga banyak beragam. Penggunaan Tanjak terbagi menjadi tiga, pertama berdasarkan adat, yakni kebiasaan sehari-hari kehidupan masyarakat setempat. Kedua adat istiadat, yakni memiliki protokoler yang lebih mengarah pada ketetapan yang disepakati secara bersama-sama dalam suatu majelis. Ketiga adab, yakni menjunjung tinggi nilai-nilai penggunaan tanjak.

Tanjak Mempunyai Syarat

Pertama harus terbuat dari bahan kain, kedua berasal dari kain segi empat, di lipat menjadi kain segi tiga. Tanjak juga memiliki tapak pada lipatan pertama, sedangkan lipatan kedua dan seterusnya bernama bengkong. Bagian yang paling penting dalam tanjak adalah harus memiliki simpul. Simpul bermakna ikatan pernikahan terbagi menjadi dua bahagian kiri dan kanan, menandakan ikatan pernikahan antara ayah dengan ibu. Dari ikatan pernikahan itu terjalinnya simpul pernikahan yang menandakan asal usul dari mana dia berasal. Seperti di Riau, Johor, Lingga dan Pahang menggunakan simpul ketupat palas. Sedangkan dari Makasar ada namanya simpul ketupat Makasar, dari Perak namanya simpul garam sebuku dan masih banyak lagi jenis simpul tanjak, yang terakhir tanjak memiliki karangan atau solekan dibahagian atas tanjak.

Sudah Ada Sejak Tahun 1400
Melihat sejarah tanjak, diungkap dalam buku Destar Alam Melayu karya Johan Iskandar, keberadaanya telah ada pada tahun 1400. Awalnya tanjak bernama takur tukang besi atau ibu tanjak. Semakin berkembangnya waktu, tanjak sering dipadupadankan dengan baju khas Melayu lain misalnya kurung.

Jenis – Jenis Tanjak

Setidaknya ada 21 jenis (model) tanjak Melayu, antara lain lang melayang, lang menyongsong angin, dendam tak sudah, balung ayam, cogan daun kopi, pucuk pisang, mumbang belah dua, sarang kerangga, ayam patah kepak, kacang dua helai daun. Ada lagi jenis sekelongsang bunga, belalai gajah, setanjak balung raja, ketam budu, solok timba, pari mudek, dan buana.

Salah satu jenis tanjak yaitu tanjak ikatan laksamana. Tapak kain tanjak dijadikan dari tiga lapis pelit. Selapis dari lipatannya dapat dilihat menangkup simpul tanjak di atas telinga kiri. Pucuk tanjak dilipat supaya bertindih dengan bahagian hujung sebelah atasnya yang dilentik dengan cermat naik ke atas. Kain yang dilipat itu kemudiannya disimpulkan. Kedua-dua hujung kuasanya dicantum dan diletakkan selari walaupun teratas sedikit dari pucuk tanjak. Hujung kuasa diletak tegak di atas telinga kanan. Ini tanjak dipakai oleh seorang ahli kerabat diraja. Jika rakyat biasa memakainya, pucuk tanjak ujung kuasa dan simpulnya hendaklah terletak di atas telinga kiri.

Perkembangan Tanjak

Dahulu, tanjak lebih sering dikenakan oleh kalangan bangsawan Melayu. Namun seiring waktu, penggunaannya meluas dan kini dapat dikenakan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai bentuk pelestarian dan kecintaan terhadap tradisi budaya warisan leluhur.

Tanjak biasanya dibuat dari kain songket dan kain tenun, yang merupakan kain khas budaya Melayu. Pembuatan tanjak dilakukan oleh masyarakat Melayu. Dalam perkembangannya, Tanjak saat ini tidak hanya untuk digunakan khusus masyarakat Melayu, tetapi juga dijual sebagai oleh-oleh kepada para wisatawan. (Red)