Momentum Maulid Nabi, Pengajian NgaSSo Hidupkan Semangat Mencintai Rasulullah

oleh -32038 Dilihat

Bantul, BnR News. — Dalam suasana peringatan Maulid Nabi Muhammad tahun 2025, Menteri Agama Republik Indonesia, Prof Nasaruddin Umar di Masjid Istiqlal Jakarta, menekankan arti penting  Al-Qur’an dan ajaran Rasulullah SAW yang banyak menonjolkan sifat-sifat Tuhan yang penuh kasih, mengayomi, mengasihi, menyayangi, dan merawat adalah esensi yang harusditerapkan, termasuk dalam memperlakukan alam semesta. Selaras dengan itu Pengajian NgaSSo (Ngaji Sabtu Sore) juga menggelar pengajian dengan tema khusus dalam rangkat memperingati Maulid Nabi Muhammad di Alamo Homestay, Nitiprayan Bantul.  Pengajian dalam momentum maulid nabi, hadirkan Ustadz Eko Priatno, Sabtu 6 September 2025.

“Rasulullah bukan hanya dikenang, tapi diteladani. Shalawat yang kita lantunkan adalah bahasa cinta, sekaligus janji kesetiaan kita untuk mengikuti akhlak beliau,” ujar Ustadz Eko dalam tausiyahnya.

Tambahnya, Maulid Nabi Muhammadi bukan sekadar mengenang kelahiran seorang tokoh sejarah. Lebih dari itu, maulid adalah momen membangkitkan kembali cinta dan rindu kepada Rasulullah. Rasulullah sebagai rahmat bagi semesta, pembawa cahaya di tengah kegelapan, dan teladan abadi bagi umat manusia.

Setelah kajian dari Ustadz Eko, dilanjutkan dengan pembacaan Kitab Al-Barzanji, untaian doa dan syair yang menggambarkan perjalanan hidup Nabi Muhammad.  Selain itu, pengajian juga berdiskusi tentang kisah tentang Sultonah, seorang wali perempuan yang hidupnya dipenuhi kerinduan kepada Rasulullah. Dia menempuh jalan cinta dengan istiqamah dalam bershalawat, hingga Allah berkenan mempertemukannya dengan Nabi Muhammad dalam mimpi.

Jamaah sepakat, makna dari kisah ini yakni siapapun dapat mencapai kemuliaan di sisi Allah jika hatinya penuh cinta kepada Nabi dan setia meneladani akhlaknya.

Pendiri Pengajian NgaSSo,  Widodo Brontowiyono turut menambahkan materi kajian.

“Maulid harus menjadi momentum untuk memperbaiki diri. Jika Rasulullah adalah cahaya, maka tugas kita adalah menjadi pantulan cahaya itu, sekecil apapun peran kita di masyarakat,” jelas Widodo yang merupakan guru besar Universitas Islam Indonesia.

Widodo juga berharap, dari pengajian NgaSSo Nitiprayan pesan relijius ini dapat memancar  ke seluruh penjuru bahwa mencintai Rasulullah harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Dengan begitu, maulid bukan sekadar seremonial tahunan, tetapi energi yang terus menghidupkan langkah-langkah kebaikan. (YK 01/VIP)